Hujan turun melukiskan wajahmu
Angin berhembus membisikkan namamu
Aku terlalu malu untuk mengungkapkan
Aku terlalu munafik untuk memungkiri
Dirimu sempurna
Aku menyukaimu
Kau bagaikan H2O yang masuk ke dalam akar pikiranku secara osmosis
Kau bagaikan gelombang dan aku selalu siap untuk menangkap rekuensinya
Senyummu bagaikan senyawa metanal, mematikan
Kau bagaikan intan berlian
Dan aku bagaikan kerikil
Kau luar biasa
Dan aku biasa
Aku sadar
Kau jurang yang dalam
Kau samudera yang luas
Kau langit yang tinggi
Kau sulit untuk ku gapai
Tapi
Bukankah bumi berotasi?
Bukankah hidup berevolusi?
Bukankah semua hal bisa berubah?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar